KD.31. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA MASA HINDU BUDHA [ Bahan Ajar,Sejarah Peminatan XI, Semester Ganjil }
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA MASA
HINDU
BUDHA
a. Kerajaan – kerajaan Maritim di Indonesia
pada Masa Hindu Budha
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan maritim pertama yang muncul
di Indonesia adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri di
daerah Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut Prasasti
Yupa, penguasa pertama kerajaan Kutai adalah Kudungga. Mulanya Kudungga adalah
penguasa lokal, namun karena adanya pengaruh Hindu, maka struktur pemerintahan
berubah menjadi kerajaan. Perpindahan kekuasaan dilakukan secara turun temurun,
sehingga setelah berakhirnya masa kekuasaan Kudungga, anaknya yang bernama
Aswawarmanlah yang menduduki kekuasaan. Selanjutnya setelah kekuasaan
Aswawarman berakhir, kekuasaan kembali diturunkan kepada cucu Kudungga, yaitu
Mulawarman.
Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman
inilah kerajaan Kutai mencapai zaman keemasan. Kerajaan Kutai juga diperkirakan
menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional melewati Selat Makassar,
melewati Filipina dan Cina. Sehingga sumber perekonomian kerajaan Kutai berasal
dari kegiatan perdagangan.Selain itu, kerajaan Kutai memiliki tradisi melakukan
upacara-upacara ditempat suci. Terbukti dengan adanya prasasti yang disebut
Yupa atau batu tertulis. Tulisan yang terdapat dalam Yupa menggunakan huruf
Pallawa, bahasa Sanskerta. Yupa merupakan tugu peringatan upacara kurban. Dalam
suatu prasasti terdapat kata vaprakecvara yang berarti lapangan luas untuk
pemujaan. Vaprakecvara berkaitan erat dengan agama Siwa, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Kutai menganut agama Siwa.
Dengan letak yang berada di jalur
perdagangan India (di barat) dan Cina (di Timur), banyak pengaruh dari luar
yang masuk ke kerajaan Kutai. Ini dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda
dari kedua wilayah tersebut. Barang-barang seperti keramik, arca dewa Trimurti,
serta arca Ganesha, kemungkinan merupakan bagian dari perlengkapan upacara
keagamaan selain untuk kehidupan sehari-hari.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
terletak tidak jauh diantara pantai utara Jawa Barat. Diperkirakan wilayah
kerajaan Tarumanegara itu meliputi daerah Banten, Jakarta, dan Cirebon.
Kerajaan ini mulai berkembang pada abad ke5M, di bawah kekuasaan Raja
Purnawarman. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Seperti yang
disebutkan dalam Prasasti Tugu, Raja Purnawarman membuat pembangunan irigasi
dengan cara menggali saluran sungai kurang lebih sepanjang 6.122 tumbak (11km),
yang kemudian disebut sebagai Sungai Gomati. Pembuatan saluran irigasi ini
sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena pada akhirnya dapat
mengairi ladang pertanian masyarakat.
Oleh karena itu, Raja Purnawarman
menjadi raja yang diagung-agungkan rakyat. Adanya saluran irigasi ini juga
memberi dampak yang besar pada peningkatan ekonomi masyarakat, karena berguna
sebagai sarana lalu lintas perdagangan.Selain itu, ia juga menjalin hubungan
baik dengan Cina di masa Dinasti Tang, terbukti dari adanya catatan seorang
pendeta bernama Fa Hsien yang terdampar di Pulau Jawa pada 414 M. Dalam catatan
itu disebutkan bahwa masyarakat sekitar sudah mendapat pengaruh Hindu India.
Raja dan sebagian besar masyarakat memeluk agama Hindu, beberapa juga ada yang
memeluk agama Buddha dan animisme. Berdasarkan Prasasti Ciaruteun, terdapat
telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap rakyat sebagai telapak kaki Dewa
Wisnu atau dewa pelindung dunia.
Beberapa peninggalan yang dapat
dijadikan sumber sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanagara yaitu prasasti.
Terdapat 7 prasasti yang ditemukan diantaranya yaitu Prasasti Kebon Kopi,
Prasasti Tugu, Prasasti Cindanghiang, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Muara
Ciaten, Prasasti Jambu, dan Prasasti Pasir Awi. Prasasti yang menggambarkan
kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara yang kaitannya dengan kehidupan
maritim dan agraris terdapat pada prasasti Tugu.
Prasasti Tugu berlokasi saat ini di
Kampung Batu Tumbuh, Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini keluar
pada masa pemerintahan Punawarman ditemukan pada abad ke-X Masehi tertulis
dalam bahasa Sanskerta, aksara Pallawa dalam bentuk sloka dengan metrum
anustubh. Dari sekian prasasti yang ditemukan saat pemerintahan raja
Purnawarman, prasasti Tugu adalah yang terlengkap walaupun tidak menuliskan
angka tahun.
Prasasti Tugu menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang
6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam
berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan
kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke-7, muncul kerajaan yang
berkembang begitu pesat di wilayah Sumatra, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Awalnya
Kerajaan Sriwijaya ini muncul setelah munculnya kota-kota perdagangan. Wilayah
pantai timur Sumatra merupakan wilayah yang sangat ramai, hal ini dikarenakan
wilayah tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan.Kerajaan Sriwijaya
terletak di Sumatera Selatan tepatnya di Sungai Musi, Palembang.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, raja
Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang, berhasil menaklukkan daerah Minangatamwan
yang diperkirakan saat ini adalah daerah Jambi. Letak Sriwijaya yang cukup
strategis mendorong interaksi antara Sriwijaya dengan kerajaan di luar
Nusantara, seperti kerajaan Nalanda dan kerajaan Chola dari India. Sriwijaya
juga melakukan hubungan baik dengan pedagang-pedagang dari Tiongkok yang sering
singgah. Perluasan daerah kekuasaan ini, mendorong perekonomian kerajaan
menjadi maju.
Selain Dapunta Hyang, Sriwijaya pernah
dipimpin oleh Raja Balaputradewa yang merupakan keturunan Dinasti Syailendra.
Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat
berjaya. Pada abad ke-7 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur
perdagangan di Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Bangka, dan Laut Jawa. Bukti
awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta
Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun
671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai
Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap
daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya
tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183
kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah
keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali
lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Prancis George Cœdès dari École
française d'Extrême-Orient.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja
Sanjaya berangka tahun berbentuk candrasengkala yang berbunyi "sruti
indriyarasa" atau tahun 654 Saka = 732 M (dengan huruf Pallawa bahasa
Sanskerta). Isi pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah lingga di bukit
Stirangga. Sang Raja Sanjaya mendirikan lingga yang ditandai dengan tanda-tanda
di bukit yang bernama Stirangga untuk keselamatan rakyatnya. Disamping itu juga
ada Prasasti Canggal juga Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat
oleh raja Balitung yang menyebutkan bahwa nama Sanjaya adalah raja pertama
(wangsakarta) dengan ibukota di Mdang ri Poh Pitu. Dalam prasasti itu
disebutkan raja-raja yang pernah memerintah ialah : Sanjaya, Panangkaran,
Panunggalan, Warak, Garung, Pikatan, Kayuwangi, dan Dyah Balitung.
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu
pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup Kondisi alam bumi
Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas
perekonominan dengan pesat. Pada masa Balitung aktivitas perhubungan dan
perdagangan dikembangkan melalui Sungai Bengawan Solo. Pada Prasasti Wonogiri
(903) bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri sungai dibebaskan dari pajak
dengan catatan harus menjamin kelancaran lalu-lintas lewat sungai tersebut.
Bumi Mataram diperintah oleh dua
dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama
Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa
candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha
dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan
mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Semula terjadi perebutan kekuasan
namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi perkawinan antara Pikatan
(Sanjaya) yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang
beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara
damai. Hal ini menunjukkan betapa besar jiwa toleransi bangsa Indonesia.
Toleransi ini merupakan salah sifat kepribadian bangsa Indonesia yang wajib
kita lestarikan agar tercipta kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan.
5. Kerajaan Singasari
Perkembangan Kerajaan Singhasari pada
masa pemerintahan Kertanegara. Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian
berdirilah Kerajaan Singasari yang diperintah oleh Ken Arok sejak tahun
1222-1227 M, dan kerajaan Singasari berlangsung sekitar 70 tahun. Singasari
yang memiliki ibu kota, yaitu Tumapel. Pada awalnya, Tumapel adalah wilayah
kabupaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri dengan bupati/akuwu
bernama Tunggul Ametung. Akan tetapi, Tunggul Ametung kemudian dibunuh oleh Ken
Arok. Kalian tahu penyebabnya? Semua itu dilakukan oleh Ken Arok karena ia
terpikat dengan Ken Dedes, yaitu istri dari Tunggul Ametung.
Ken Arok membunuhnya dengan sebilah
keris buatan Mpu Gandring. Padahal, keris itu belum siap untuk dipakai, tapi
karena Ken Arok sudah tidak sabar ingin memperistri Ken Dedes, direbutlah keris
itu dari Mpu Gandring, sekaligus Mpu Gandring dibunuh dengan keris buatannya
sendiri oleh Ken Arok. Sebelum meninggal, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa
keris itu nantinya akan membunuh sampai tujuh turunan Ken Arok. Menarik ya
Squad. Akhirnya Ken Arok menjadi Bupati/akuwu Tumapel menggantikan Tunggul
Ametung yang terbunuh.
Ken Arok menjadi raja setelah ia
menyerang kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Kertajaya. Kertajaya
mengalami kekalahan dan Ken Arok berhasil menguasai wilayah Tumapel dan
melepaskannya dari kerajaan Kediri. Ken Arok memiliki gelar Sri Rangga Rajasa
Sang Amurwabumi. Oh ya, Singasari juga memiliki hubungan baik dengan Majapahit,
semua itu tertulis dalam Kitab Negarakertagama. Pergantian kekuasaan terjadi
karena Ken Arok dibunuh oleh kaki tangan Anusapati yang merupakan anak tirinya.
Anusapati kemudian menjadi raja menggantikan Ken Arok.Di bawah pemerintahan
Raja Kertanegara, Singasari mengalami masa kejayaan.
Di bawah pemerintahannya dilakukan
ekspedisi Pamalayu 1275- 1286 M dengan tujuan untuk menaklukkan kerajaan Melayu
dan melemahkan kerajaan Sriwijaya. Selain itu Kertanegara juga berhasil
menguasai Bali (1284 M), Jawa Barat (1289 M), Pahang dan Tajung Pura. Bahkan
Kertanegara mampu mencegah serangan Khu Bilai Khan terhadap Singasari.
Kertanegara bertujuan untuk menyatukan seluruh Nusantara dibawah kerajaan
Singasari.
Kertanagara adalah raja terakhir dan
raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah raja pertama
yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan
Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam
menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya
(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah
ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara,
sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga
mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan
mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol.
Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara
antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
6. Kerajaan Majapahit
Peta wilayah kekuasaan Majapahit
berdasarkan Nagarakertagama; keakuratan wilayah kekuasaan Majapahit menurut
penggambaran orang Jawa masih diperdebatkan Pada tahun 1291 M Raja Kertanegara
di Singasari wafat, kemudian kerajaan Singasari diserang secara mendadak oleh
Jayakatwang yang merupakan raja Kediri. Pada masa itu menantu Kertanegara,
Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Madura.
Raden Wijaya mengumpulkan kekuatan
untuk menyerang balik Jayakatwang dan bekerjasama dengan pasukan Tiongkok.
Setelah kerajaan Singasari berhasil ditaklukkan, Raden Wijaya ingin kemenangan
tunggal. Sehingga ia kembali melakukan penyerangan terhadap pasukan Tiongkok.
Raden Wijaya mencapai kemenangan dari penyerangan tersebut dan menjadi penguasa
tunggal di Jawa. Sehingga pada tahun 1292 M, kerajaan Majapahit resmi berdiri.
Masa pemerintahan kerajaan ini berlangsung cukup lama, sekitar 193 tahun.
Setelah Raden Wijaya wafat, tahta Raja
digantikan oleh Raden Jayanegara yang merupakan anak dari Raden Wijaya. Pada
masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan
yang paling besar adalah pemberontakan Kuti, yang akhirnya menyebabkan ia harus
mengungsi ke Desa Bedander bersama Gajah Mada. Kemudian Jayanegara merencakan
serangan balik kepada Kuti bersama Gajah Mada.Setelah penyerangan berhasil,
Gajah Mada diangkat menjadi patih. Setelah Jayanegara wafat, tahta diberikan
kepada putrinya, Tribhuwanatunggadewi.
Pada masa pemerintahannya terjadi
pemberontakan Sadeng pada tahun 1331 M, yang akhirnya mampu ditumpas oleh Gajah
Mada. Berkat upayanya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit
dan memiliki wewenang menetapkan politik pemerintah. Saat upacara pelantikan,
Gajah Mada menyampaikan sumpahnya yang dikenal dengan Sumpah Palapa. Ia
bersumpah tidak akan hidup mewah sebelum menyatukan Nusantara di bawah
kekuasaan kerajaan Majapahit.
Peninggalan sastra dari kerajaan
Majapahit ini cukup banyak, diantaranya adalah Kitab Negarakertagama karangan
Empu Prapanca, Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular, dan Kitab Arjunawiwaha
karangan Empu Tantular.
Tidak ada komentar